Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada
tahun 1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan sekelompok biota
di dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup
mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang lemah
sekalipun (Arinardi, 1997).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985),
plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekologi laut.
Kemudian dikatakan bahwa bahwa plankton merupakan salah satu organisme
yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan
laut.
Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang
hidupnya melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya,
kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh
arus namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena
plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya.
Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton
terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.
Jenis-Jenis Plankton
Klasifikasi
dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu
fitoplankton yang meliputi semua hubungan renik dan zooplankton yang
meliputi hewan yang umumnya renik (Rutter, 1973 dalam Sahrainy, 2001).
Fitoplankton ada yang berukuran besar dan kecil dan biasanya yang besar
tertangkap oleh jaringan plankton yang terdiri dari dua kelompok besar,
yaitu diatom dan dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari
dinoflagellata karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak
memiliki alat gerak. Pada proses reproduksi tiap diatom akanmembela
dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan
menempati katup atas (epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati
katup bawah (hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu
dinoflagellata yang dicirikan dengan sepasang flagella yang digunakan
untuk bergerak dalam air. Beberapa dinoflagellata seperti Nocticula yang
mampu menghasilkan cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken,
1992).
Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai
alga hijau biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae,
Haptophyceae), dan silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae).
Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan sering sekali
membentuk “permadani” filamen yang padat dan dapat mewarnai air
(Nybakken, 1992).
Sachlan (1972) menggolongkan algae dalam tujuh golongan berdasarkan pigmen yang dikandungnya dan habitatnya, yaitu :
Cyanophyta : alga biru yang hidup di air tawar dan laut.
Chlorophyta : alga hijau banyak hidup di air tawar
Chrysophyta : alga kuning yang hidup di air tawar dan laut
Phyrrophyta : alga yang hidup sebagai plankton di air tawar dan di laut
Eugulenophyta : hidup di air tawar dan di air payau
Phaeophyta : alga coklat yang hidup sebagai rumput laut
Rhodophyta : alga merah yang hidup sebagai rumput laut.
Fitoplankton
hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena mereka hanya
dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup
untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada
tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai
dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan suatu
daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organic (Hutabarat dan Evans,
1985).
Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan
anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri
dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh
filum hewan. Namun demikian dari susdut ekologi, hanya satu golongan
dari zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subklas copepoda
(klas Crustaceae, filum Arthropoda). Kopepoda adalah crustacea
haloplanktonik yang berukuran kecil yang mendominasi zooplankton disemua
samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi
ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut.
Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat
penting antara produksi primer fitoplankton dengan karnivora besar dan
kecil (Nybakken, 1992).
Menurut Arinardi (1997), plankton digolongkan
ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan kemampuan membuat
makanan, berdasarkan ukuran, berdasarkan daur hidupnya.
Berdasarkan Kemampuan Membuat Makanan
Berdasarkan kemampuan membuat makanan, plankton digolongkan menjadi dua golongan utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton
Fitoplankton
disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung
atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat
dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm
(1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal,
tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
Gambar 1. Beberapa Contoh Phytoplankton
Meskipun
ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat
lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air
laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat
autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik untuk
makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses
fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung
klorofil. Karena kemampuannya ini, fitoplankton disebut sebagai produser
primer.
Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber
energi untuk menjalani segala fungsi faalnya. Tetapi, di samping itu
energi yang terkandung di dalam fitoplankton dialirkan melalui rantai
makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi-cumi, sampai ikan
paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara
langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.
Zooplankton
Zooplankton,
disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung,
atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga
keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton
bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri
bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan
hidupnya, ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang
menjadi makanannya. Jadi, zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen
(consumer) bahan organik.
Gambar 2. Beberapa contoh zooplankton
Ukurannya
yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran
besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter.
Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod),
eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod),
kaetognat(aetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan
pantai, perairan estuaria, di depan muara sampai ke perairan di tengah
samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Zooplankton
ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam.
Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam
ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton)
atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya
sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru
dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai
plankton berubah menjadi nekton atau bentos.
Berdasarkan Ukuran
Kini,
dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah
partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya
lebih berkembang. Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang
sangat kecil hingga yang besar. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh
Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.
Makroplankton (2-20 mm)
Contohnya
adalah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae;
ctenophores; salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata);
Cephalopoda.
Mesoplankton (0,2-2 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti metazoans;
copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata; Heteropoda.
Mikroplankton (20-200 µm)
Contohnya
adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton; Protozoa
(Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea (copepod
nauplii)
Nanoplankton (2-20 µm)
Plankton yang lolos dari
jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau berukuran 2-20 µm; Contohnya:
eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil; Flagellates kecil;
Pyrrophyta; Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta
Picoplankton (0,2-2 µm)
Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta
Femtoplankton (< 0.2 μm)
Contohnya: Virus laut.
Berdasarkan Daur Hidupnya
Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi:
Holoplankton
Dalam
kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani
sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan
zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya: kokepod, amfipod,
salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah
holoplankton.
Meroplankton
Plankton dari golongan ini menjadi
kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup
biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak
dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif
berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di
dasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai
plankton sementara.
Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai
plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva kemudian menjadi
nekton setelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah contoh
hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga
larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang
hidup melekat atau manancap di dasar laut.
Meroplankton ini sangat
banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari
bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang sedikitpun
tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan
mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan
upaya budidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.
Berdasarkan Habitat
Plankton berdasarkan habitatnya, dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
1. Limnoplankton (di danau)
2. Heleoplankton (di kolam)
3. Potamoplankton (di sungai)
4. Hipalmiroplankton (di air payau)
5. Haliplankton (di laut)
Berdasarkan Asal-Usulnya
Plankton berdasarkan asal-usulnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Autoplankton
Yaitu plankton yang berasal dari habitat tersebut (plankton asli dari suatu habitat).
b. Alloplankton
Yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut (plankton pendatang).
Komposisi dan Kelimpahan Plankton
Penyebaran
fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan zooplankton karena
kondisi perairan yang memungkinkan produksi fitoplankton seperti sifat
fototaksis positif yang dimiliki dan menyenangi sinar dan mendekati
cahaya. Lain halnya dengan zooplankton yang berpindah secara vertikal
dan horizontal yang mengikuti perkembangan fitoplankton dan bersifat
tidak menyenangi sinar dan cemderung menjauhi cahaya (Nybakken,1992).
Crustacea merupakan jenis zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan
baik di perairan tawar maupun perairan laut. Pada phylum Arthropoda,
hanya crustacea yang dapat hidup sebagai plankton dalam perairan.
Zooplankton banyak terdapat di perairan pantai terutama dekat dengan
muara sungai karena pada muara sungai banyak terdapat makanan
zooplankton yaitu fitoplankton dan terdapat banyak zat hara yang terbawa
oleh arus (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Siklus pembelahan sel pada
fitoplankton relatif lebih singkat daripada zooplakton. Sehingga untuk
mencapai jumlah yang banyak bagi zooplankton diperlukan waktu yang lama.
Selanjutnya dikatakan bahwa copepoda merupakan hewan pemakan
fitoplakton yang sangat efisien dan ternyata dapat menurunkan kepadatan
populasi fitoplankton secara mencolok di perairan (Nybakken, 1992).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Plankton
1. Suhu
Suhu
di lautan adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme
maupun perkembangan dari organisme. Oleh karena itu tidak mengherankan
jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia (Hutabarat dan Evans, 1985).
Plankton dari
jenis fitoplankton hanya dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang
mempunyai sinar matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran fitoplankton
besar pada lapisan permukaan laut saja. Keadaan yang demikian
memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis. Sejak sinar matahari
yang diserap oleh lapisan permukaan laut, maka lapisan ini relatif panas
sampai ke kedalaman 200 m (Hutabarat dan Evans, 1985).
Walaupun
Plankton potensial berbahaya menyebar luas secara geografis dan hal ini
mengidentifikasikan adanya kisaran yang luas terhadap toleransi suhu,
tetapi spesies alga potensial berbahaya daerah tropik mempunyai
toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu optimal bagi
spesies alga potensial berbahaya adalah 250–300 C dan kemampuan proses
fotosintesis akan menurun tajam apabila suhu perairan berada di luar
kisaran optimal tersebut (Gross dan Enevoldsen, 1998 dalam Gosari,
2002).
2. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi rata-rata
seluruh garam yang terdapat di dalam air laut. Konsentrasi ini biasanya
sebesar 3% dari berat seluruhnya atau sering juga disebut bagian
perseribu (permil) dan biasa ditulis dengan 35‰. Konsentrasi garam-garam
ini jumlahnya relative sama dalam setiap contoh-contoh air laut,
sekalipun mereka diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia
(Hutabarat dan Evans,1985).
Hampir semua organisme laut dapat hidup
pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang sangat kecil,
misalnya daerah estuaria adalah daerah yang mempunyai salinitas rendah
karena adanya sejumlah air tawar yang masuk yang berasal dari daratan
dan juga disebabkan karena adanya pasang surut di daerah ini kisaran
salinitas yang normal untuk kehidupan organisme di laut adalah berkisar
antara 30-35 ppm (Gosari, 2002).
Perubahan salinitas yang dapat
mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal melalui dua cara. Yang
pertama karena zona intertidal terbuka pada saat pasang surut dan
kemudian digenangi air atau aliran air akibat hujan lebat, akibatnya
salinitas akan turun secara drastis (Nybakken, 1992).
3. Potensial Hidrogen (pH)
pH
merupakan pengukuran asam atau basa suatu larutan. Keasaman terjadi
karena berlebihnya ion H+ pada suatu larutan, sedangkan alkalinitas
terjadi karena berlebihnya ion OH- pada suatu larutan. Potensial
hidrogen atau sifat keasaman atau basa (alkalinitas) suatu larutan
sangatlah penting dalam faktor kelarutan dalam air laut terutama
terhadap pengendapan mineral atau unsur-unsur dan kehidupan organisme
pada suatu kondisi tertentu (Hutabarat dan Evans, 1985).
Derajat
keasaman (pH) adalah nilai logaritma tentang besarnya konsentrasi ion
hidrogen sehingga menunjukkan kondisi air atau tanah tersebut basa atau
asam. Pada umumnya kedalaman dasar juga mencirikan nilai pH dari air
laut dan substrat dasarnya sehingga dapat diketahui bahwa tingkat
keasaman pada daerah yang lebih dalam akan lebih rendah dibandingkan
pada daerah yang lebih dangkal (Usman, 2006).
4. Arus
Menurut
Hutabarat dan Evans (1985), arus merupakan pergerakan massa air yang
disebabkan oleh adanya perbedaaan densitas atau angin. Arus dapat
dibagai menjadi arus permukaan dan arus upwelling. Arus dapat disebabkan
oleh angin, juga dipengaruhi oleh faktor topografi dasar laut,
pulau-pulau yang ada disekitarnya, gaya coriolis dan perbedaan densitas
air laut.
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat
disebabkan oleh tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air laut
atau dapat pula disebabkan oleh gerakan gelombang panjang termasuk
pasang surut (Nontji, 2005).
5. Kekeruhan
Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya
cahaya yang diserap dan dipancarkan bahan-bahan yang terdapat dalam
perairan. Kekeruhan air dapat disebabkan oleh lumpur, partikel tanah,
serpihan tanaman, dan fitoplankton. Kekeruhan yang tinggi mengakibatkan
pertumbuhan organisme yang menyesuaikan diri pada air yang jernih
menjadi terhambat dan dapat pula menyebabkan kematian karena mengganggu
proses respirasi (Hutagalung et al., 1997).
6. DO
Oksigen yang
terdapat dalam air laut terdiri dari dua bentuk senyawa, yaitu terikat
dengan unsur lain dan sebagai molekul bebas. Kelarutan molekul oksigen
yang terdapat dalam air laut dipengaruhi secara fisika, sebagai contoh
kelarutannya sangat dipengaruhi oleh suhu air. Sumber utama oksigen
dalam air laut berasal dari udara melalui proses difusi dan dari hasil
fotosintesis fitoflankton pada siang hari faktor-faktor yang dapat
menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah kenaikan suhu air,
respirasi (khususnya malam hari), adanya lapisan minyak di atas
permukaan air laut dan masuknya limbah organik yang mudah terurai
(Hutagalung et al., 1997).
Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran
plankton adalah faktor kimiawi. Menurut Sachlan (1972), penyebaran
plankton dalam perairan dipengaruhi oleh sifat fototaksis. Fitoplankton
bersifat fototaksis positif, dan zooplankton bersifat fototaksis
negatif.
Distribusi Plankton
Plankton terdapat mulai dari
lingkungan air tawar hingga ke tengah samudera. Dari perairan tropis
hingga ke peraiaran kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang
tidak di huni oleh plankton. Nontji (2008) membagi plankton berdasarkan
sebaran horizontalnya, baik fitoplankton maupun zooplankton menjadi :
Plankton Neritik
Plankton
neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas
yang relative rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke peraian payau di
depan muara dengan salinitas 5-10 psu (practical salinity unit, dulu
digunakan istilah ‰ atau permil, g/kg). akibat pengaruh lungkungan yang
terus menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi
plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupoakan campuran plankton
laut dan plankton asal perairan air tawar. Beberapa diantaranya malah
telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria yang payau (Nontji,
2008).
Plankton Oseanik
Plankton oseanik hidup diperairan
lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik
ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah
perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam
kelompok ini (Nontji, 2008).
Penggolongan seperti di atas tidaklah
terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai dari perairan
neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik oseanik (Nontji,
2008).
Persebaran atau distribusi horizontal plankton memang sangat
ditentukan oleh factor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan
arus. Oleh sebab itu kehadiran plankton jenis tertentu dapat digunakan
sebagai indicator akan massa air atau arus laut. Di English Channel
misalnya, bila kaetognat Sagitta setosa merajai, itu mengindikasikan
massa air dari laut utara yang bersalinitas rendah telah masuk ke selat
ini. Sebaliknya bila Sagitta ellegans yang merajai, itu mengindikasikan
massa air bersalinitas tinggi dari samudra atlantik merambah masuk
sampai ke selat ini. Demikian pula ubur-ubur Cyanea capilata dapat
dijadikan indicator adanya arus air dingin, sedangkan Physalia physalis
sebagai indicator arus air hangat.contoh lain misalnya copepod
Eurytemora affinis telah menyesuaikan diri untuk hidup diperairan
estuaria dengan salinitas rendah, dan karena keberadaannya dapat
dijadikan indicator perairan estuaria. Di Indonesia ditemukan copepod
Labidocera muranoi dari perairan mangrove, yang mungkin dapat pula
dijadikan indicator perairan dengan salinitas rendah (Nontji, 2008).
Plankton
hidup di laut mulai dari lapisan yang tipis di permukaan sampai pada
kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton,
Nontji (2008) membaginya menjadi :
Epiplankton
Epiplankton
adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar
100m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat
menembus. Namun dari kelompok epiplankton ini ada juga yang hidup di
lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan
udara. Plankton semacam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah
fitoplankton Trichodesmium, yang merupakan sianobakteri berantai panjang
yang hidup di permukaan dan mempunya keistimewaan dapat mengikat
nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar
0-10cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti
yang penting karena bisa mempunyai komposisi jenis yang kompleks.
Dari
kelompok neuston ini ada juga yang mengambang dipermukaan dengan
sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke udara.
Yang begini disebut pleuston. Contoh pleuston yang menarik adalah
ubur-ubur api, yang Physalia physalis, yang lazim juga diberi julukan
Portuguese man of war bagian atasnya menggelembung mencuat dari
permukaan bagaikan layar yang dapat di tiup angin yang menghayutkan
plankton tersebut. Sebenarnya ubur-ubur api ini merupakan hewan koloni.
Setiap individu terbentuk dari empat koloni, masing-masing berbeda
fungsinya namun semuanya berada dalam hubungan kerja yang harmonis.
Kelompok pertama membentuk pelampung dan layar, kelompok kedua membentuk
umbai-umbai tentakel yang panjang dilengkapi nemanocist atau sel
pennyengat yang ampuh untuk menangkap mangsa, kelompok ketiga
mencernakan makanan, dan kelompok empat untuk melaksanakan pembiakan.
Physalia physalis ini disebut ubur-ubur api karena bila tersentuh akan
dapat menyengat kulit kita hingga melepuh dengan rasa panas bagaikan
disundut api. Ada lagi pleuston yang juga menarik yakni Janthina, yang
merupakan keong laut yang hidup menggantung di lapisan film permukaan
dengan busa yang dihasilkannya bagaikan pelampung.
Mesoplankton
Mesoplankton
yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar
100-400m. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai
gelap. Oleh sebab itu di lapisan ini fitoplankton, yang memerlukan sinar
matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini
dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa copepod sepeti
Eucheuta marina tersebar secara vertical sampai lapisan ini atau lebih
dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak terdapat di lapisan ini,
misalnya thysanopoda, eufhausida, Thysanoessa, nematoscelis. Tetapi
eufaosid ini juga dapat melakukan migrasi vertical sampai lapisan di
atasnya.
Hypoplankton
Hypoplankton adalah plankton yang
hidupnya pada kedalaman lebih dari 400m. termasuk dalam kelompok ini
adalah batiplankton yang hidup pada kedalaman >600m, dan
abisoplankton yang hidup di lapisan yang paling dalam,sampai 3000-4000m.
Sebagai
contoh, dari kelompok eufaosid, Betheuphaosia ambylops, dan Thysanopoda
adalah jenis tipikal laut dalam yang menghuni perairan pada kedalaman
lebih dari 1500m. sedangkan dari kelompok kaetognat Eukrohnia hamat,
Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari
1000m.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar